Ilustrasi
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Millenium Challenge Corporation (MCC) sedang mempelajari model pembiayaan lembaga keuangan mikrosyariah (LKMS) di Indonesia. Perwakilan dari organisasi independen bentukan pemerintah Amerika Serikat ini sudah menyambangi sejumlah LKMS di Indonesia, termasuk PT Permodalan BMT Ventura.
“Mereka berkunjung ke sini untuk mengetahui sejauh mana efektivitas BMT-BMT atau Islamic microfinancing di Indonesia dalam mengentaskan kemiskinan,” ujar Direktur Utama BMT Ventura, Saat Suharto, kepada Republika.
Saat melanjutkan, ketika berkunjung ke BMT Ventura, para perwakilan MCC mendalami angka-angka dan data statistik tentang efektivitas pembiayaan yang dilakukan LKMS serta pengaruhnya terhadap pengentasan kemiskinan. Sampai saat ini memang belum ada analisis ilmiah yang bisa memaparkan efektivitas pembiayaan mikrosyariah dalam mengentaskan kemiskinan di desa-desa.
“Tapi kami katakan, dengan pinjaman rata-rata Rp 3 juta per nasabah dan porsi pembiayaan produktif mencapai 98 persen, pembiayaan BMT-BMT dipastikan menyasar kepada kegiatan ekonomi riil pada lapisan masyarakat terbawah,” papar Saat.
Jika MCC memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga pembiayaan mikrosyariah, perjanjiannya akan dilakukan antara pemerintah Indonesia dan AS (government to government). “Jadi, sampai saat ini, belum ada komitmen atau nota kesepahaman bersama berapa pinjaman modal yang mau diberikan kepada lembaga mikrosyariah kita.”
Dalam situs resminya, MCC yang berkantor pusat di Washington DC, dibentuk pada 2004. Mereka membidik pemantapan ekonomi dan wirausaha kecil. Sejauh ini, MCC sudah menggelontorkan modal pinjaman sebesar 29 juta dolar AS kepada usaha kecil di bidang pertanian.
Red: Budi Raharjo“Mereka berkunjung ke sini untuk mengetahui sejauh mana efektivitas BMT-BMT atau Islamic microfinancing di Indonesia dalam mengentaskan kemiskinan,” ujar Direktur Utama BMT Ventura, Saat Suharto, kepada Republika.
Saat melanjutkan, ketika berkunjung ke BMT Ventura, para perwakilan MCC mendalami angka-angka dan data statistik tentang efektivitas pembiayaan yang dilakukan LKMS serta pengaruhnya terhadap pengentasan kemiskinan. Sampai saat ini memang belum ada analisis ilmiah yang bisa memaparkan efektivitas pembiayaan mikrosyariah dalam mengentaskan kemiskinan di desa-desa.
“Tapi kami katakan, dengan pinjaman rata-rata Rp 3 juta per nasabah dan porsi pembiayaan produktif mencapai 98 persen, pembiayaan BMT-BMT dipastikan menyasar kepada kegiatan ekonomi riil pada lapisan masyarakat terbawah,” papar Saat.
Jika MCC memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga pembiayaan mikrosyariah, perjanjiannya akan dilakukan antara pemerintah Indonesia dan AS (government to government). “Jadi, sampai saat ini, belum ada komitmen atau nota kesepahaman bersama berapa pinjaman modal yang mau diberikan kepada lembaga mikrosyariah kita.”
Dalam situs resminya, MCC yang berkantor pusat di Washington DC, dibentuk pada 2004. Mereka membidik pemantapan ekonomi dan wirausaha kecil. Sejauh ini, MCC sudah menggelontorkan modal pinjaman sebesar 29 juta dolar AS kepada usaha kecil di bidang pertanian.
Rep: EH Ismail
Diambil dari berita
http://www.republika.co.id/berita/bisnis-syariah/berita/10/11/19/147629-as-incar-mikrosyariah-ri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar