Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary
Minggu, 11 April 2010 | 20:25 WIB
KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN
Stan penjualan sandal bergambar karakter kartun di Pesta Wirausaha 2010, Balai Kartini, Jakarta, Sabtu (10/4/2010). Untuk ukuran 21-35 dihargai Rp 25.000 sedangkan ukuran 36-40 dijual Rp 35.000. Pesta keempat kalinya ini mempertemukan berbagai jenis usaha yang digeluti oleh ratusan anggota komunitas enterpreneur terbesar Indonesia, Tangan Di Atas (TDA). JAKARTA, KOMPAS.com - Semangat berwirausaha tampaknya tengah menggeliat. Berbagai kegiatan pameran mengenai peluang usaha selalu ramai dikunjungi. Salah satunya Pesta Wirausaha yang digelar selama dua hari, 10-11 April 2010, di Balai Kartini, Jakarta. Pada hari terakhir ini, pengunjung pameran cukup padat. Mereka yang datang mengaku tengah mencari peluang untuk bermitra dengan wirausaha yang telah eksis.
"Saya sedang cari-cari pengin reseller produk. Tertariknya sih produk anak-anak," kata Sinta, seorang ibu rumah tangga asal Ciledug, kepada Kompas.com, Minggu (11/4/2010).
Sebagai ibu rumah tangga, Sinta mengaku memiliki waktu yang cukup luang untuk mengurusi bisnis kecil-kecilan. Apalagi, perkembangan dan kepesatan dari sisi teknologi dinilainya menjadi celah untuk mendukung pemasaran bisnisnya.
"Saya pengen bikin online shop, daripada nganggur di rumah," kata Sinta. Ia mengatakan, mempunyai bisnis yang bisa dijalankan di rumah, membuatnya bisa tetap memberikan perhatian pada perkembangan dua buah hatinya yang berusia 4 dan 2 tahun.
Apalagi, menurutnya, berbagai kesempatan menjadi mitra usaha sudah sedemikian luasnya. "Modalnya juga enggak besar," ujarnya.
Sementara itu, pakar strategi marketing online, Nukman Luthfie mengatakan, fenomena bisnis online semakin meningkat trend-nya seiring booming-nya jejaring sosial Facebook. Namun, Nukman mengingatkan, risiko berbisnis online juga semakin besar. "Pasti dibalik efek positif perkembangan teknologi, ada efek negatif juga yang mengikuti. Karena ada orang-orang yang memanfaatkannya dengan cara yang tidak baik," kata Nukman, dijumpai disela-sela seminar ditengah ajang pameran.
Kunci sukses bisnis online, lanjutnya, tidak bisa hanya memanfaatkan pemasaran melalui Facebook, Twitter, maupun blog. "Pengalaman menunjukkan, mereka yang sukses besar bisnis online, biasanya punya toko juga," ujar dia.
"Saya sedang cari-cari pengin reseller produk. Tertariknya sih produk anak-anak," kata Sinta, seorang ibu rumah tangga asal Ciledug, kepada Kompas.com, Minggu (11/4/2010).
Sebagai ibu rumah tangga, Sinta mengaku memiliki waktu yang cukup luang untuk mengurusi bisnis kecil-kecilan. Apalagi, perkembangan dan kepesatan dari sisi teknologi dinilainya menjadi celah untuk mendukung pemasaran bisnisnya.
"Saya pengen bikin online shop, daripada nganggur di rumah," kata Sinta. Ia mengatakan, mempunyai bisnis yang bisa dijalankan di rumah, membuatnya bisa tetap memberikan perhatian pada perkembangan dua buah hatinya yang berusia 4 dan 2 tahun.
Apalagi, menurutnya, berbagai kesempatan menjadi mitra usaha sudah sedemikian luasnya. "Modalnya juga enggak besar," ujarnya.
Sementara itu, pakar strategi marketing online, Nukman Luthfie mengatakan, fenomena bisnis online semakin meningkat trend-nya seiring booming-nya jejaring sosial Facebook. Namun, Nukman mengingatkan, risiko berbisnis online juga semakin besar. "Pasti dibalik efek positif perkembangan teknologi, ada efek negatif juga yang mengikuti. Karena ada orang-orang yang memanfaatkannya dengan cara yang tidak baik," kata Nukman, dijumpai disela-sela seminar ditengah ajang pameran.
Kunci sukses bisnis online, lanjutnya, tidak bisa hanya memanfaatkan pemasaran melalui Facebook, Twitter, maupun blog. "Pengalaman menunjukkan, mereka yang sukses besar bisnis online, biasanya punya toko juga," ujar dia.